watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

Cerita sexs
Meiske Yg Manis Nan Sexy

Tahun 1972. Dua tahun sudah aku menginjak
bangku kuliah fakultas teknik Mesin di salah satu
perguruan tinggi swasta di Jakarta. Berkawan
dengan teman-teman kuliah satu angkatan
semua jurusan yang ada dengan segala
kelebihan dan kekurangannya disertai pesta,
camping dan diakhiri pacaran dengan cewek-
ceweknya yang rata-rata cantik dan seksi
merupakan bagian dari kehidupan kampus. Aku
mempunyai group atau kelompok teman-teman
seangkatan dari jurusan teknik, antara lain Mesin,
Sipil, Arsitek dan Elektro. Diantaranya Aryono
dan Tonny, kami bertiga mempunyai ikatan
persahabatan yang erat bagaikan saudara
kandung, sampai pada kegiatan mendaki
gunung Gede, Pangrango di Cimacan terus ke
gunung Slamet di Cirebon.
Kami bertiga pada umumnya, akhir minggu
keempat, setiap akhir bulan, naik ke gunung
Gede (Pangrango). Pulangnya hampir dipastikan
lewat Sukabumi dan menginap satu malam di
penginapan yang murah dan biasanya mencari
cewek-cewek manis di Sukabumi yang berakhir
dengan pelampiasan nafsu seks kami bertiga.
Untuk mendapatkan cewek-cewek Sukabumi,
pada saat itu sedang In atau Ngetrend
khususnya kalau yang mencari cowok-cowok
Jakarta, pasti dapat. Di sini yang ingin kuceritakan
adalah salah satu pengalamanku yang lain yang
tidak akan kulupakan seumur hidup.
Bermula dengan persahabatan kami bertiga yang
membuat Tonny berkenalan dengan adiknya
Aryono, bernama Aryani. Akhirnya mereka
pacaran dengan hebat (dari ujung rambut
sampai ke ujung kaki). Aryani pada saat itu baru
naik kelas 3 SMP, jadi masih segar-segarnya
suka sama cowok mahasiswa, si Tonny ini. Aku
belum punya pacar tetap dan seperti biasanya,
kencan kesana kemari dengan teman-teman
cewek di kampus sampai sebatas cium-ciuman
dan pegang-pegang saja (petting). ML (Making
Love) pun akhirnya sama cewek-cewek tertentu
saja yang dari lain almamater. Satu waktu, entah
mereka bertiga Aryono, Tonny dan Aryani,
mungkin sudah merencanakan untuk
menjodohkan aku dengan salah satu teman
sekolah Aryani, tepat pada saat pesta ulang
tahun temannya itu.
Kami berempat datang pada malam acara pesta
ulang tahun tersebut ke rumah teman Aryani.
Setiba kami di sana, aku diperkenalkan kepada
yang berulang tahun.
"Mas Adit," kata Aryani kepadaku, "Kenalin, ini
temanku Meiske, yang berulang tahun."
sambungnya lagi.
Begitu aku melihat dengan siapa aku
diperkenalkan, sambil memberi tanganku untuk
bersalaman, di depanku berdiri gadis yang
tingginya lebih kurang 3 cm lebih pendek dari
aku (173 cm), berkulit putih, matanya coklat tua
berbinar dengan bibir yang amat sensual serta
rambut hitam panjang sebahu, kontras dengan
lehernya yang putih dan jenjang itu. Dan
terlebih-lebih, tanpa disadari, mataku turun
melihat pakaiannya, rok dan blus yang formal
and casual dengan kancing terbuka sampai
sebatas dadanya.
"Dadanya.. oh Tuhan.. betapa cantiknya makhluk
yang engkau hadapkan padaku malam ini. Ini
wanita dewasa apa anak kelas 3 SMP?" dalam
hatiku.
Kalau aku boleh membandingkan Meiske dengan
bintang film atau sinetron zaman sekarang,
Meiske mirip dengan Monica Oemardi (tidak
terlalu extreem kan).
Terus terang para pembaca yang budiman, aku
tertegun sampai Tonny menepuk pundakku
sambil berkata, "Hey.. ngomong dong.. selamat
ulang tahun kek.. I Love You kek.. I want to kiss
you kek.."
Aku terkejut dan sadar, mereka bertiga tertawa,
Meiske tersenyum malu dan terasa ingin
melepaskan genggaman tanganku, dengan cepat
kusadari dan aku berkata, "Maaf.. happy birthday
Meis, saya Adhitya, dan.. maaf lagi saya ngga
bawa apa-apa."
"Oh yaa.. ngga apa-apa, Mas-mas sama Yani
udah pada datang aja, saya udah cukup senang,
yok masuk!" katanya lagi.
Kami berlima masuk, dan seperti kebiasaanku
apabila berkenalan dengan teman baru, aku terus
mencari orang tuanya, juga berkenalan, biasa
deh.. cari dukungan utama dari orang tua.
Malam pesta ulang tahun berakhir dengan
gembira dan tentunya bagiku sendiri bisa
berkenalan dengan gadis yang menjadi
idamanku yaitu, cantik, tinggi, putih dan yang
terlebih penting adalah dadanya yang besar dan
montok. Kuketahui belakangan ternyata
ukurannya 36C.
"Wooww! Lagi-lagi.. ini anak SMP atau wanita
dewasa sih?" dalam hatiku bertanya.
Begitulah setelah perkenalanku pada malam
pesta ulang tahunnya Meiske. Aku jadi sering
wakuncar (wajib kunjung pacar) ke rumahnya
dibilangan Jakarta Pusat. Kemudian aku juga
mengetahui bahwa ayahnya seorang ABRI,
kawin dengan ibunya seorang wanita keturunan
Portugis, jadi pantas saja, Meiske mempunyai
perawakan seperti di awal ceritaku.
Kami berdua sering jalan-jalan atau berempat
dengan Tony dan Aryani pada saat libur atau
malam minggu. Untuk hal ini, Aryono tidak ikut
karena ceweknya lain aliran dengan Aryani dan
Meiske saat itu. Reaksi teman-teman kuliah pada
saat itu yang tahu aku pacaran sama anak SMP,
bukan main hebohnya.
"Hey Dhit, tau diri donk.. elu kan udah tua,
mahasiswa lagi.. masa elu mau pacaran dan
ngebodohin anak kecil? Masih SMP lagi!
Emangnya kagak ada cewek yang gedean dikit?"
begitulah komentar mereka.
Aku tidak memberi reaksi banyak, paling tidak
hanya tersenyum sambil menunjukkan kepalan
tanganku dengan posisi jari telunjuk ke atas
sambil berkata kepada mereka, "Fuck you, man!"
Aku memanggilnya dengan Meis dan dia
memanggilku dengan Mas Adit. Awalnya, kami
berdua pacaran seperti biasanya. Karena aku
jauh lebih dewasa dari Meiske, jadi aku lebih
banyak mengajari dan melindungi Meiske.
Sampai-sampai waktu pertama kali aku cium
bibirnya, dia masih lugu. Hal ini terjadi pada saat
kami pacaran di belakang rumahnya yang
mempunyai halaman serta kebun yang lumayan
luas. Malam Minggu, kami duduk berdampingan
di kursi, kulingkarkan tangan kiriku kepundaknya,
dia merebahkan kepalanya ke dadaku.
Kuraba dengan lembut pipinya dan berkata,
"Meis.."
"Hmm.. apa Mas Adit?" jawabnya perlahan.
"Kamu tahu ngga bahwa aku sayang kamu.."
aku berkata lagi.
Kepalanya diangkat dari pundakku sambil
memandangku dengan matanya yang bulat dan
berbinar-binar sayu. Tanpa kusadari, wajah kami
saling mendekat dan terasa nafas kami yang
agak memburu.Kusentuh pipinya dengan kedua
telapak tanganku. Kukecup keningnya dan
reaksinya, dia diam dan waktu kulihat matanya
tertutup.
"Meis, aku sayang kamu, Non.." bisikku di depan
bibirnya.
"Hmm.. apa Mas?" berbisik jawabnya lagi.
"Aku ingin mencium bibirmu.. boleh ngga?"
suaraku kubuat selembut mungkin dan seyakin
mungkin, karena dia tidak bereaksi seperti anak
gadis lainnya kalau kucium keningnya biasanya
langsung menyediakan bibir mereka.
Meiske mengangguk pelan dan memejamkan
matanya, menunggu dengan lembut kukecup
bibirnya yang sensual itu, reaksinya sesaat diam.
Setelah beberapa saat, tangannya melingkar di
leherku dan kedua tanganku melingkar di
pinggangnya. Kemudian tanpa melepaskan
bibirku di bibirnya, dengan perlahan kuangkat
tubuhnya sehingga dia berada di pangkuanku.
Bibirnya yang lembut kukulum dengan erat. Saat
kupermainkan, lidahku masuk ke dalam
mulutnya, dia terkejut dan melepaskan bibirnya
sambil berkata pelan.
"Lidahnya mau ngapain Mas..?" tanyanya.
Lugu banget kan ini cewek! Rupanya dia belum
mengerti tentang permainan lidah sambil
berpagut.
"Meis.. kamu belum tahu kan?" aku berkata dan
dia menggeleng pelan.
"Meis, kalau kita kissing saling cinta, bukan hanya
bibir ketemu bibir saja, tapi lidah juga harus
main.. Coba kamu rasakan deh.. dan nikmati
yaa.." kataku membujuk halus, dia mengangguk
pelan.
"Sekarang, boleh aku cium kamu lagi ngga?"
tanyaku dengan lembut.
Meiske hanya mengangguk dan langsung
kukecup lagi bibirnya sambil mempermainkan
lidahku dan ternyata reaksinya.. lidahnya ikut
main dengan lidahku dan sementara tanganku
mulai meraba-raba punggungnya dengan
lembut, membuat nafasnya Meiske memburu
ditengah-tengah kecupan dan pagutan bibir kami
berdua.
Sementara itu, tanganku mulai turun ke arah
dadanya. Dia tidak bereaksi tehadap tanganku
yang sudah mengusap susunya yang ternyata,
montok dan memang benar-benar besar dan
kenyal. Maklum umurnya masih 15 tahun.
Nafasnya makin memburu tatkala kecupanku
turun ke lehernya dan kugigit-gigit kecil. Rintihan
halus mulai keluar juga saat tanganku masuk ke
dalam bajunya setelah kancingnya berhasil
kulepaskan satu persatu tanpa disadarinya.
Tanganku terus meraba susunya yang masih
terbungkus BH. Yang kurasakan hanya setengah
menutupi susunya yang besar dan montok serta
lembut itu, atau memang BH-nya terlalu kecil
untuk menampung bukit indahnya Meiske yang
montok. Bibirku terus mengecup turun dari leher
ke dadanya sementara tanganku bergerilya ke
punggungnya yang akhirnya berhasil
melepaskan kaitan BH-nya. Kurasakan Meiske
tersentak pada saat aku berhasil melepaskan BH-
nya.
"Mas Adit.. jangaan.. Maass.." rintihnya
terengah-engah sambil menunduk melihat ke
arah mukaku yang hampir terbenam di antara
kedua susunya yang besar dan montok itu.
Aku melepaskan kecupanku di pangkal dadanya
sambil melihat ke arahnya dengan lembut tetapi
masih penuh nafsu.
Sambil tersenyum lembut, "Kenapa sayang..
kamu takut yaa..?" tanyaku hati-hati.
"Iya mas.." jawabnya dengan suara bergetar
akan tetapi kedua tangan masih tetap memeluk
leherku dengan kencang.
"Jangan takut Meis, Mas tahu kamu belum
pernah seperti ini, rasakan dan nikmati saja
pelan-pelan." jawabku lagi sambil tanganku tetap
membelai susunya yang putih disertai puting
kecilnya yang berwarna merah muda (pink).
Rupanya dengan gerakan Meiske tersentak itu,
BH yang dipakainya terlepas dari susunya yang
montok. Kukecup lagi bibirnya dengan lembut.
Sejenak kusadari bahwa ini adalah hal yang
pertama kali Meiske alami bersama lelaki dewasa
seperti aku jadi aku berniat untuk petting dulu
sama dia agar tidak kaget dan terlalu memaksa.
Aku takut akibatnya dapat merugikanku sendiri
untuk menikmati tubuh perempuan berdarah
Portugis ini. Demikianlah kejadian demi kejadian
yang aku dan Meiske lakukan, yaitu petting atau
French kissing sejak kami pacaran yang kuajari
dia, baik di rumahnya maupun di rumahku dan
dengan pasti kami lakukan pada saat rumah
kami berdua dalam keadaan yang
memungkinkan.
Sampai satu hari Minggu, aku bisa mengajaknya
keluar dari pagi jam 08:00 sampai jam 17:00,
atas izin orang tuanya. Kami berdua naik
motorku, Honda CB-100 tahun 70an. Motor
seperti ini dan CB-125 lagi top-topnya berputar-
putar keliling Jakarta. Kami makan mie ayam
Gang Kelinci dan berakhir di rumahku yang
kebetulan lagi sepi. Orang tuaku sedang
mengunjungi famili di Bandung, kedua kakakku
sibuk dengan urusannya masing-masing dan
tinggalah pembantuku bik Inem yang lumayan
sudah 59 tahun umurnya di kamar belakang.
Meiske langsung kuajak ke kamarku, terpisah
dari ruang utama cukup jauh. Mungkin karena
rasa kangen yang meluap-luap, begitu masuk ke
kamarku, Meiske memelukku dengan erat dan
sepertinya kurasakan dia agak buas. Menciumiku
dengan cara menarikku dengan kasar, sehingga
kami terjatuh di atas tempat tidurku dengan
posisi dia berada di atasku.
Padahal, biasanya kalau kami berdua ada
kesempatan, ciuman sambil pegang-pegang,
seingatku aku selalu ambil peranan dan dengan
lembut serta very enjoyable bagiku dan Meiske
sendiri yang kulihat dia sangat menikmati
permainan petting dariku. Tetapi hari ini aku
hampir kewalahan menghadapi ciumannya yang
bertubi-tubi dan kurasakan bahwa ini bukan
ciuman anak SMP lagi, tetapi ciuman wanita
yang lagi berahi tinggi. Menyadari hal tersebut,
aku akhirnya mulai memberikan respon yang
tinggi juga. Dengan segera aku membalikkan
badanku, sehingga posisiku berada di atasnya
serta kubalas kecupannya dengan gairah tetapi
juga dengan lembut serta gigitan-gigitan kecil di
bibirnya, serta permainan lidah pada saat
mengulum bibirnya yang sensual itu. Sementara
tanganku bergerak membuka baju casualnya,
seperti biasanya Meiske sudah tahu kalau kami
mau petting, dia selalu pakai baju casual dengan
kancing di depan.
Desahan-desahan kecilnya mulai terdengar
bersamaan dengan kecupan dan gigitan kecilku
yang turun ke arah susunya yang besar dan
montok itu sampai aku berhasil menjilati puting
susunya yang berwarna merah muda (pink)
bergantian, kiri dan kanan. Desahannya makin
menjadi-jadi sewaktu aku menghisap putingnya
yang kecil dan mulai keras disertai gigitan-gigitan
kecil yang menggemaskan dan menikmatkan
dia.
"Aduuh.. Maass Adiit!" erangannya sambil
mencengkramkan tangannya di kepalaku.
Sementara itu, penisku mulai berontak di balik
jeans dan CD-ku. Cepat-cepat aku membuka zip
(ruistzleting) jeansku agar Mr. Penis Adithya agak
leluasa untuk diperbaiki letaknya (daripada
terjepit). Kulepaskan kecupanku dari susunya
Meiske yang besar dan aku memandangnya
dengan penuh kasih dan lembut, kukecup
bibirnya Meiske.
"Meis sayang, aku ingin membuat kamu jadi
milikku seutuhnya, kamu mau kan?"
"Mas Adit, aku mau apa aja yang Mas lakukan
untukku.. aku mau Mas.." jawabnya mesra dan
nafasnya mulai memburu.
"Meis.. aku akan membuat kamu untuk tidak
melupakan hubungan kita dan aku mau kamu
tidak seperti anak SMP lagi yaa, mau kan?" kataku
lagi dengan lembut setengah bebisik, dia
mengangguk manja.

Sambil berbaring side by side, kukecup bibirnya
yang sensual sambil kubuka habis bajunya.
Tanganku yang cukup berpengalaman melepas
BH-nya yang berwarna pink, hal ini membuat
penisku tegang (kira-kira 100 volt). Akhirnya
terlihat dua bukit keemasannya, susunya yang
sekali lagi, "Alaamaak.. kok anak SMP bisa punya
seperti ini?" dalam hatiku, putih , besar, montok
dan kenyal dengan putingnya yang kecil
berwarna merah muda (pink). Sejenak aku
memandanginya sambil perlahan-lahan
tanganku menjamah, membelai serta
mengusap-usap puting yang menggemaskanku.
Meiske tersadar saat aku masih memandang ke
arah susunya dan tiba-tiba dia mengeluh sambil
menyusupkan kepalanya di dadaku yang juga
sudah telanjang.
"Maass.. jangan diliatin terus dong.. Meis kan
malu!" katanya perlahan dengan nada manja.
Aku tertawa perlahan sambil memeluknya
dengan mesra.
"Malu sama siapa sayang? Sama aku? Iya? Kan
yang ngeliatin juga cuma satu orang kan..?"
jawabku tersenyum geli melihat kelakuannya
anak SMP ini.
"Tapi Meis kan tetap aja malu.. soalnya Mas Adit
orang laki-laki yang pertama yang lihat Meis
ngga pakai BH." katanya lagi.
Kukecup lagi keningnya, terus turun ke matanya
yang indah, hidungnya yang bangir, terus turun
ke sudut bibirnya yang sensual, merah merekah
disertai desahan-desahan kecilnya terdengar
olehku. Di sana aku mempermainkan lidahku
serta kugigit lembut. Dia menggelinjang dan
dengan tidak sabar dia mengecup bibirku
dengan buas, sementara tangannya mulai
mengusap kepalaku, aku pun tidak tinggal diam.
Dengan segera tanganku turun ke susunya yang
menjadi kegemaranku bermain, kuraba dan
kuputar-putar putingnya yang mungil. Dia
mengerang nikmat.
Tanganku terus turun. Kusibak rok mini (kulot)
nya Meiske, terus ke arah belakang tempat zip
(ruitszleting) langsung kubuka perlahan-lahan.
Dia diam saja dan aku merasakan bahwa dia
sudah pasrah dengan apa yang akan kulakukan.
Kutarik roknya ke bawah dan dia membantu
untuk melepaskannya.
Para pembaca yang budiman, anda bisa
membayangkan, dihadapanku (laki-laki sehat fisik
dan mental berumur 22 tahun) tergeletak
sebatang tubuh gadis 15 tahun yang berdarah
Portugis. Dengan tinggi 170 cm, putih mulus
dengan perut yang rata, buah dada yang besar
berukuran 36C, montok serta kenyal,
mengenakan CD mini berwarna pink.
"Tuhan.. betapa sempurnanya ciptaanMu."
dalam hatiku.
"Maass Adit.. peluk Meis dong.." tiba-tiba katanya
dengan sendu membuyarkan lamunanku.
Kembali aku memeluknya dengan lembut dan
aku merasa penisku melakukan pemberontakan
yang gila. Sambil mencium bibirnya, lehernya
terus turun ke susunya serta putingnya yang
menggairahkan, aku melepaskan jeansku. Kini di
tempat tidurku tergeletak sepasang manusia
hanya tertutup oleh CD masing-masing, pink
dan white saling berpagut menggelora. Kukecup
kedua puting merah muda itu berulang-ulang
dengan lembut sampai basah oleh air liurku.
Kuturunkan kecupanku ke arah pusarnya Meis,
dia bergerak sambil terus menjambak rambutku
sambil mendesah disertai erangan-erangan
nikmatnya yang halus. Sampai akhirnya bibirku
berada di atas vaginanya yang sudah basah
tertutup oleh Miss Pink CDnya.
"Meiske sayang.. mau kan kamu merasakan dan
menikmati ini? Pelan-pelan yaa?" kataku sambil
mulai membuka CD-nya lepas dari tubuhnya.
Meiske hanya menganggukkan kepalanya
dengan rintihan kenikmatan yang kuyakin belum
pernah dirasakannya seumur hidup.
Dihadapanku terlihat anak gadis, perawan,
telanjang dengan lubang kewanitaan ditumbuhi
bulu-bulu halus yang teratur rapi nan cantik.
Vagina anak perawan yang belum pernah
disentuh oleh laki-laki manapun. Kukecup bibir
atas benda indah itu yang dengan serta merta
mengeluarkan aroma yang khas. Aku
merasakan gerak gelinjang Meiske serta keluhan
panjang.
"Ooohh.. Maass..!"
Kuyakin Meiske sudah kehilangan kata-kata untuk
menyatakan kenikmatan yang belum pernah dia
alami, karena umurnya baru 15 tahun.
Aku berusaha sekuat mungkin untuk menahan
nafsuku serta pemberontakan Adhitya junior di
balik CD-ku, aku ingin memberikan kepuasan
kepada Meiske semaksimal mungkin, sehingga
dia akan menyerah dengan apa yang akan
kulakukan demi kepuasan bersama. Kujilat
belahan vaginanya sambil perlahan-lahan kubuka
pahanya yang sebelumnya Meiske jepitkan untuk
menahan gejolak kenikmatan pada saat aku
pertama kali mengecup pucuknya. Pahanya
yang putih mulus itu terbuka sedikit demi sedikit
sambil lidahku bermain dengan lembut.
Klitorisnya yang mungil tampak merekah merah
muda. Aku tidak tahan. Kukecup dan kugigit-gigit
kecil. Hal ini membuat Meiske menggoyangkan
pantatnya yang padat, kenyal serta mulus itu
dengan gila. Kedua tangannya mencekal
rambutku dan menekankan ke arah vaginanya
sambil berteriak kecil menahan.
Basah sudah bibirku, hidungku, lidahku dengan
cairan putih bening yang keluar terasa agak asin
namun harum dengan aroma yang khas dari
vaginanya Meis. Cengkraman serta jepitan di
kepalaku mengendur, dia telah mencapai
orgasme. Kujilat dan kutelan habis cairan itu di
sekitar vagina indahnya dengan nafsu yang
memuncak. Aku merasakan otot penisku
berdenyut-denyut, dan aku merasakan sesuatu
keluar dengan dahsyatnya dari penisku yang
terasa membasahi CD-ku. Rupanya aku juga
mengalami orgasme.
"Maass Adit.. sini, peluk Meiske.." rintihnya
sendu.
Aku tersadar dengan kejadian yang baru saja
kulakukan. Gila.. aku baru saja menelan cairan
orgasme anak perawan. Aku bangun dan
memeluk Meiske dengan lembut dan mesra, dia
kaget melihat mulut dan hidungku masih
tercecer cairan putih bening.
Tiba-tiba, "Cup.. cup.. cup.." dikecupnya bibirku,
hidungku, daguku sambil menjilati sisa-sisa
cairan putih bening yang masih ada di wajahku
dengan liar.
Dia terus memandangku dengan matanya yang
indah berbinar itu. Posisi kami rebah berhadapan
berdampingan, dia berada di sebelah kiriku dan
aku berada di sebaliknya. Tanganku menyentuh
dan mengusap susunya yang putih, montok
dihiasi puting kecil merah muda.
"Mas Adit.." desahnya lembut.
"Apa Meis..?" jawabku berbisik.
"Mas Adit kan sayang sama Meis.." katanya lagi
sambil memandang serta membelai pipiku,
menyentuh bibirku dengan jarinya.
"Iyaa.. ada apa Non.. kok pake nanya..?" balasku
lembut.
Jariku tetap nakal bermain-main di puting
susunya yang menggairahkan.
"Maass.. soalnya Meis belum pernah begini.."
katanya lagi sambil melirik ke arah mataku.
Usapan tangannya tidak berhenti di antara pipi
dan bibirku. Aku balas memandangnya sambil
tersenyum.
"Aaahh Maass.. Jangan diliatin begitu dong.. Meis
kan maluu.." katanya sambil merajuk
menyusupkan wajahnya di leherku, kakinya
yang indah dibelitkan ke pinggangku seperti
memeluk guling.
Tiba-tiba dia tersentak saat perutnya menyentuh
perutku yang mau tidak mau, vaginanya
menyentuh sesuatu yang tegang di balik CD-ku
yang sudah basah. Secara refleks Meiske
mencoba meregangkan tubuhnya, tetapi dengan
sigap kutahan dengan melingkarkan tanganku di
pinggangnya sambil berbisik, "Jangan dilepas
sayang.. biarkan nempel.. aku ingin kamu
merasakan milik laki-laki yang menyayangimu,
menyentuh kulitmu." kataku dengan nada pasti.
Dia terhenyak dan tegang sesaat, dengan sabar
dan lembut aku cium kening dan bibirnya dan
aku berkata sambil melepaskan CD-ku perlahan-
lahan, "Kamu belum pernah melihat yang
namanya penis laki-laki dewasa dalam keadaan
tegang kan? Kamu mau lihat?" tanyaku sambil
menatap pasti ke arah matanya yang indah itu.
Sepertinya dia bingung sesaat dan aku tetap
memandangnya dengan tatapan mata yang
menusuk serta meyakinkan. Akhirnya dengan
sikap pasrah dia mengangguk pelan. Kami
melepas pelukan dan dengan perlahan-lahan,
Meiske menundukkan kepalanya melihat ke arah
pangkal pahaku.
"Ooohh.." teriaknya kecil dan kaget serta merta
memeluk leherku menyembunyikan mukanya.
Aku rasanya ingin tertawa melihat sikapnya yang
lugu itu, maklum saja anak perawan melihat
pertama kali penis laki-laki dewasa lagi tegang
sepanjang 15cm x 3cm. Surprise!
"Hey.. kenapa sayang..? Lihat tuh.. indah kan?"
kataku menggoda.
"Ngga mauu.. Meis maluu Mas..!" jawabnya
tanpa melepaskan wajahnya di leherku dengan
nafas yang agak memburu dan tangannya
memeluk leherku.
Dengan sigap aku peluk dia di pinggangnya yang
berakibat penisku si 15cm x 3cm yang masih
tegang itu menempel di antara vaginanya yang
lembut. Dia kaget dan berusaha melepaskan
tetapi kutahan pinggangnya, nafasnya makin
terengah-engah.
Terasa ada cairan hangat mengalir menyentuh
penisku perlahan-lahan dan ketegangan tubuh
dia mulai agak mengendur.
"Maass.. Meiis.. aahh nggaa aahh.." desahnya
terengah-engah.
Pelukanku di pinggangnya kukendurkan sambil
menatap matanya yang agak redup sambil
berbisik,"Sayang.. ini bagian dari perasaan cinta
dan kasih sayang, Non.. ayo lihat.."
Aku mengambil tangan kirinya dan kuarahkan ke
penisku yang tegang, dia mengikuti gerakan
tanganku sambil pelan-pelan menundukkan
kepalanya ke arah penisku, kuusapkan
tangannya ke penisku sambil menggenggam
dengan lembut. Aku rasakan nafasnya
memburu dan aku mulai merasakan sentuhan
lembut itu dengan nikmat.
"Gila.. man..! Penisku dipegang oleh anak
perawan yang cantikk..!" pekikku dalam hati.
Kuajari Meiske sambil menggengam si Junior
untuk mengurut dengan lembut, tanganku
kemudian melepaskan tangannya yang halus,
terus mengurut penisku secara berirama.
Sementara tanganku sendiri menyentuh
vaginanya yang lembut dan mulai mengelus
bibir hangat tersebut dengan penuh rasa cinta.
Beberapa saat kemudian dia berteriak kecil,
"Maass.. oohh.." dia bergerak dan tangannya
yang masih memegang penisku disentuhkan ke
vaginanya.
Tiba-tiba dia memelukku sambil melingkarkan
pahanya yang putih dan mulus itu serta
menekankan vaginanya dengan penisku.
Tanganku terpaksa kulepas dari bibir vagina
cantik itu, tangannya memeluk badanku,
kemudian bibirnya dengan buas mengecup
bibirku sambil mengerang karena nikmat. Terasa
basah penisku yang masih menempel di bibir
hangatnya Meiske, orgasmenya yang kedua.
Woow.. seprei tempat tidurku sudah tidak
karuan lagi bentuknya serta basah pada bagian di
mana kemaluan kami berdua saling menempel.
Aku mulai tidak tahan dengan keadaan seperti
itu, penisku makin keras dan tegak sementara
agak terjepit di antara bibir vagina lembut
miliknya Meiske. Yang agak mengherankan
adalah, aku masih bisa menahan diri untuk tidak
mulai melakukan penetrasi karena sadar bahwa
anak ini masih perawan, meskipun keadaannya
tinggal tancap, beres kan? Pikiran sehat muncul
sejenak (sejenak saja! Tidak sampai satu menit).
"Hey, ini anak masih perawan kan, kalau elu
perawanin die, dose man..! Tau ngga?" dalam
hatiku bergejolak.
Aku yakin bahwa aku harus mengakhiri
kenikmatan ini dengan kondisi baik. Aku dan
Meiske harus benar-benar puas.
Kubalas kecupan-kecupan ganasnya Meiske di
bibirnya, lehernya, dadanya dan berhenti serta
bermain-main agak lama di kedua susunya yang
menggairakan serta putingnya yang kecil merah
muda itu. Tanganku bergerilya ke arah
vaginanya yang lembut berwarna merah muda
pada kedua labia mayora-nya. Pahanya yang
putih mulus masih melingkar di pinggangku,
sehingga jari tengahku bebas berkeliaran
mengusap-usap vaginanya yang sudah amat
basah dengan cairan putih bening yang keluar
terakhir. Desahan, erangan serta teriakan-teriakan
kecil terus meluncur dari bibir yang sensual di
depan wajahku. Sekali-kali dia mngecup dan
juga menggigit bibirku dengan ganas selama
jariku mempermainkan labia mayora serta
clitorisnya yang agak keras. Kugeser tubuh putih
mulus itu perlahan-lahan, sehingga Meiske
telentang dan posisiku berada di atasnya.
"Meiske sayang, Mas ingin kamu merasakan
kenikmatan orang bercinta.. kamu mau kan..?"
aku berkata sambil menatap wajahnya yang
terlihat pasrah dan bertambah cantik dengan
sebagian keringat menitik di dahinya.
"Maass Adit.. Meis musti gimana sekarang?"
jawabnya lembut setengah tersenyum juga
dengan nafas mulai memburu."Mas mau kamu
merasakan gimana yang namanya Real-Make-
Love Oke?" kataku dengan lembut dan pasti
sambil mengecup bibirnya yang
menggemaskan.
Dia mengangguk pelan tetapi kuyakin pasti dia
ingin merasakan sesuatu yang tidak pernah
dirasakannya.
Dengan sabar dan lembut tanpa melepaskan
pandangan mataku ke arah matanya yang mulai
setengah terpejam, kurenggangkan pahanya,
kuarahkan penisku yang sudah tegang dari tadi
ke atas vaginanya yang kuraba dengan jari
tengahku. Sudah merekah terbuka, lembut,
perlahan kuusap-usapkan ujung penisku ke
vagina Meiske sambil kukecup bibirnya,
susunya, putingnya. Kujilat mesra tangan kirinya
dengan segera memegang dia meremas
kepalaku dan tangan kanannya membelai
punggungku dengan mesra seolah-olah mulai
merasakan kenikmatan lidahku bermain pada
puting susunya yang kecil mungil kemerah-
merahan serta usapan-usapan penisku pada
vaginanya. Perlahan-lahan kudorong penisku
memasuki kira-kira setengahnya ke liang
vaginanya Meiske.
"Maass.. pelan-pelan.. sakiitt Maas.." jerit
kecilnya.
Aku agak kaget dan langsung berhenti bergerak
karena meskipun aku sudah tidak tahan ingin
penetrasi penuh tetapi aku masih sadar bahwa
ini adalah Real Make Love antara aku yang
mahasiswa 22 tahun dengan Meiske yang anak
perawan 15 tahun berdarah Portugis yang amat
kusayangi, jadi aku harus sabar dan penuh rasa
kasih serta cinta yang lembut.
"Oh.. maaf sayang.. sedikit lagi.. Mas pelan-
pelan.. atau dicabut aja..?" kataku tanpa sadar.
"Jangan Maass.. pelan-pelan aja.." jawabnya lirih.
Aku merasa tidak tahan, antara mau terus dan
takut dia kesakitan.
"Gila lu Dit, ini anak masih perawan!" kata hatiku
kembali berkata.
Tetapi karena sudah tanggung, penisku sudah
masuk setengah kuteruskan amat perlahan.
Penetrasi yang berakhir dengan keluhan Meiske
yang terdengar lirih, "Maass.. aduuhh..!"
Nafasnya memburu, terasa liang vaginanya
yang sempit itu basah melumasi penisku yang
masuk dan menyentuh sesuatu batas, selaput
dara. Aku bingung sejenak untuk berusaha
menguasai diriku.
"Adit.. terusin kalau elu bener cinta sama gadis
berdarah Portugis ini." bisikan hatiku lagi.
Sambil mengatur nafas, aku diam beberapa saat
sambil memandang gadis perawanku yang
cantik ini.
"Meis.. kamu mau kan..?" aku berbisik di depan
bibirnya yang sensual, reaksinya membuat aku
tertegun.
Dia angkat pantatnya sehingga penisku masuk
penuh ke dalam vagina indah itu, tiba-tiba kedua
kakinya melingkar di pinggangku dan sekaligus
menjepitnya.
"Luar biasa ini gadisku yang perawan!" pujiku
dalam hati.
Aku langsung goyangkan pantatku maju
mundur perlahan-lahan tetapi pasti, makin lama
makin cepat, kukecup sudut bibirnya, ujung
dagunya. Nafasnya dan nafasku tidak karuan lagi
iramanya.
"Maass.. ohh.. ngg.. Maass.. Adiit, teerruss
maass.." erangannya makin keras.
Gerakan pantatnya yang bulat makin menjadi-
jadi. Kupeluk Meiske dengan erat karena aku
mulai merasakan denyut-denyut gila penisku di
bagian kepalanya. Gerakan otot vagina Meiske
yang menghisap penisku setiap gerakan mundur
membuat aku benar-benar tidak tahan. Rasanya
belum lama penetrasiku, tiba-tiba Meiske
menjerit lirih disertai pagutannya di bahuku
sebelah kanan serta jepitan kedua pahanya di
pinggangku.
"Maass Adiitt.. aakkhh.. mmff.."
Aku tidak bisa menahan lagi kenikmatan
badaniah ini, di mana kurasakan seluruh penisku
terbenam di liang vaginanya Meiske dan.
"Meeiis.. Mas nggaa.. tahan..!" teriakku kecil di
kupingnya sebelah kanan.
Ini intercourse, makelove, sanggama atau entah
apalagi namanya, aku sendiri tidak tahu. Yang
jelas ini adalah yang paling gila dan paling edan
yang pernah kulakukan sampai saat itu. Aku
mengalami orgasme hebat bersama Meiske,
gadis kecilku, anak SMP yang berdarah Portugis
dan yang telah kuperawani. This is very-very
goddam, asshole, cocksucker, cunteater,
pussylicker, sonofthebitch something special.
Spermaku keluar menyemprot di dalam vagina
lembutnya Meiske bersamaan dengan pahanya
yang mulus menjepit pinggangku dengan kuat
tanda dia mengalami hal yang bersamaan
denganku. Kami berpagutan, berkecup,
berpelukan, tanpa sehelai benang pun menutupi
tubuh-tubuh telanjang kami. Skin To Skin.
Beberapa saat, kami berpelukan seolah-olah tidak
akan melepaskan satu sama lain. Kuputar
tubuhku sehingga posisi kami berdua
berhadapan berdampingan tanpa melepaskan
pelukan kami masing-masing. Peluh kami
berdua mengalir membasahi punggung, leher,
dada, perut dan hampir seluruh tubuh.
"Meiske sayang.. buka dong matanya.." kataku
lembut sambil mengelus pipinya, menyentuh
bibirnya dengan ibu jariku sewaktu melihat dia
dengan matanya yang masih menutup.
Menikmati atau berusaha menyadari apa yang
baru saja terjadi, mungkinkah? Dia membuka
mata coklat tua yang indah dan berkaca-kaca.
Perlahan-lahan dia memandang ke arah mataku,
dua butir air mata mengalir dari mata yang indah
itu.
"Maass.." suaranya terdengar lembut sambil
jarinya mengusap pipi dan bibirku.
"Mas Adit sayang sama Meis kan..?" katanya lagi
dengan agak tersedan manja.
"Iyaa Meis.. Mas Adit sayang kamu." jawabku
dengan tetap mengelus pipi dan bibirnya yang
sensual indah itu.
Kuusap tetesan air matanya dan kami saling
mengelus muka masing-masing dengan penuh
kasih dan cinta.
"Meis ngga nyesel lakukan sama Mas Adit..
karena Meis sayang sama mas.. Meis cinta sama
mas.." katanya lagi dengan lembut.
"Mas Adit juga sayang sama Meis.. kamu ngga
nyesel kan dengan apa yang kita lakukan tadi..?"
tanyaku lagi.
Dia mengangguk pelan tetapi pasti dan
tersenyum manis. Kupeluk dia dan kukecup
keningnya, bibirnya dan kugigit kecil sudut
bibirnya, dia mencengkram rambutku sambil
membalas kecupanku di bibirnya. Perlahan-lahan
kami saling melepaskan diri dan secara refleks
kami berdua melirik ke arah pangkal paha kami
masing-masing. Kami termenung sejenak
melihat seprei tempat tidurku basah dan ada
bercak merah.
"Maass.. Meis takut Mas.. ada darah di.." dia
berkata dengan ekspresi wajah khawatir.
Segera kupegang kedua belah pipinya dan
melekatkan pandanganku ke matanya.
"Jangan takut sayang.. itu tandanya kamu masih
suci dan Mas yang pertama melakukan pada
Meis dan Mas akan bertanggung jawab atas
perbuatanku, Meis.. jangan khawatir sayang."
jawabku dengan tenang dan pasti dan langsung
kembali kupeluk dia sambil mengecup
keningnya.
Dia menbalas pelukanku. Kami berpelukan
seolah-olah tidak akan saling melepaskan. Aku
bangun dan meraih bajuku dari lantai segera
kubersihkan tubuh Meiske, di pangkal pahanya,
vaginanya, sambil memandang tersenyum puas
kepadanya. Dia pun bangun dan ikut
membereskan bajunya yang berserakan di atas
lantai.
Kami berdiri berhadapan, saling berpandangan
mesra dengan tubuh telanjang. Kupeluk Meiske,
dia membalas pelukanku dan kami berpagut
lembut mesra. Kugandeng tangannya, kami
berjalan beberapa langkah mendekati lemari
pakaianku, kuambil CD yang bersih. Tanpa sadar
Meiske terlihat termenung memadangiku.
"Meiske sayang.. udah sore, non.." aku berkata
mengingatkannya juga menyadarkan diriku
sendiri sambil menyodorkan CD-ku yang bersih.
Dia tersentak dan terlihat pandangan yang lucu
waktu matanya melihat CD-ku yang kusodorkan
kepadanya.
"Buat siapa..?" tanyanya heran.
"Ya buat kamu.. masa kamu mau pakai CD
kamu yang udah basah dan lengket lagi." aku
jawab sambil menahan tawa geli, dasar anak
kecil.
Dia tersadar dan merajuk manja serta merta
memelukku, menyembunyikan wajahnya di
dadaku.
"Aaahh.. Mas Adit.. Meis jadi malu kan..?"
sergahnya manja.
Kutuntun Meiske duduk di tempat tidurku,
kukenakan CD cowok putihku. Lucu juga melihat
cewek pakai CD cowok. Meiske memakai baju
dan rok mininya kembali. Kemudian aku sendiri
berpakaian.
"Meiske, Mas mau tahu, kok kamu mau
melakukan ini sama aku ngga takut hamil..?"
tanyaku serius sambil memandang matanya
yang indah itu.
"Meis mau karena Meis sayang sama Mas Adit..
kan Mas udah janji ngga akan meninggalkan
Meis.. iyaa kan?" jawabnya sambil memeluk
leherku.
"Sekarang udah sore. Mau pulang ngga, Meis?"
tanyaku sambil memeluk pinggangnya.
Dia memandangku sambil tersenyum sendu
melingkarkan tangannya di leherku sambil
mengangguk pelan.
CD-nya yang berwarna pink masih tergeletak
basah di atas tempat tidurku. Kuambil sambil
kuciumi, dia berusaha merebutnya dari tanganku
tetapi kutahan tangannya.
"Ini milik Mas Adit untuk selama-lamanya.."
kataku tegas sambil menatap matanya yang
cantik berbinar-binar itu.
"Jangan Mas.. itu kotor dan bau kan..?"
sergahnya.
"Biaariin.. kotoran yang cantik dan bau yang
haruumm.. kenang-kenangan dari gadis kecilku
yang cantik." jawabku sambil mengecup
bibirnya yang sensual.
Cepat-cepat aku melepaskan diri dan
melemparkan CD pink itu ke dalam lemari
pakaianku, kututup, kukunci. Dia terdiam dan
tersenyum cerah. Kuantarkan Meiske pulang
kerumahnya, jam menunjukan jam 18:00. Kami
berkasih mesra hampir 5 jam di rumahku, edan,
gila dan sebagainya. Aku bahagia sekali.
Hubunganku dengan Meiske berlangsung
sampai dia kelas 2 SMA, dan setiap kali ada
kesempatan kami bercinta dengan gairah yang
tinggi selalu di rumahku yang sering kali sepi dan
kosong di mana orang tuaku serta kedua
kakakku sering keluar kota dengan urusannya
masing-masing. Karena tidak mungkin kami
lakukan di rumahnya atau di hotel atau tempat
lain. Yang jelas kami selalu berhati-hati setiap kali
kami bercinta, aku beberapa kali mencoba
menggunakan kondom tetapi aku merasa tanpa
kondom yang paling asyik. Skin To Skin.
Hubungan kami terputus dengan alasan klasik,
perbedaan agama, dia Kristen sedangkan aku
Islam. Orang tuanya yang tidak setuju
hubungan kami berlanjut atas dasar perbedaan
agama tersebut. Padahal aku dan Meiske sudah
saling berikrar untuk hidup bersama setelah aku
selesai kuliah dan dia paling tidak sampai D3.
Perbedaan agama bagi kami bisa di bicarakan
nanti-nanti. Aku selama satu tahun terakhir, sejak
orang tuanya menyatakan ketidak setujuan
mereka atas hubungan kami itu, tetap berusaha
menghubungi Meiske baik lewat telepon maupun
surat, tidak ada jawaban atau pun kalau melalui
telepon jawabannya dia tidak ada di rumah atau
alasan lain yang menegaskan bahwa aku tidak
dapat berhubungan lagi dengannya.
Sedihkah aku..? jangan tanya lagi, aku sempat
frustrasi hampir satu tahun. Kegiatan fisik yang
keras seperti beladiri, naik gunung dan terjun
payung akhirnya dapat memulihkan semangat
hidupku untuk melanjutkan hidup ini. The Life
Show Must Go On Man! Terakhir aku melihat
Meiske di salah satu pusat perbelanjaan pada
tahun 1998, kulihat dia sedang berjalan-jalan
bersama ibu serta adiknya disertai 2 anak-anak
kecil yang lucu, anaknyakah? Hanya Tuhan dan
keluarganya yang tahu.
Demikian para pembaca yang budiman, salah
satu kisah hidupku yang cukup unik dan amat
berkesan dan tidak akan kulupakan seumur
hidupku.


Adult | GO HOME | Exit
1/794
U-ON

inc Powered by Xtgem.com